Sabtu, 12 Oktober 2013

Sosok Wanita Muslimah Itu

Wanita muslimah adalah wanita yang mulia
Wanita yang memiliki akidah yang baik
Wanita yang ibadahnya baik
Wanita yang bisa mengislamkan akhlaknya
Wanita yang menjaga auratnya
Wanita yang berbusana syar’i

Wanita muslimah adalah seorang ibu yang baik
Merasa cukup dengan keadaan suaminya
Menjaga harta suami
Menyimpan rahasia suami
Menutupi kekurangan suami
Mendukung dakwah suami
Mempersiapkan generasi yang mulia
Mendidik anak dengan benar
Membangun keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah

Wanita muslimah adalah senjata yang tajam
Jika diasah dan disiapkan dengan baik
Maka ia akan siap mencapai tujuannya
Menjadi fondasi yang baik
Membangun masyarakat islami yang kokoh
Memiliki pilar yang kuat

Wanita muslimah adalah guru yang baik
Memberikan teladan yang sejati pada umat
Menjadikan para shahabiyah sebagai lentera petunjuk
Menunjukkan kegigihannya dalam membela akidah
Mau mengorbankan segala yang dimiliki untuk kepentingan Islam

Wanita muslimah ibarat taman yang indah
Selalu rajin menyiraminya
Memberinya pupuk yang berkualitas
Sehingga tumbuh dengan subur
Lebat daunnya dan harum bunganya

Wanita muslimah adalah wanita yang cerdas
Selalu haus akan ilmu
Tidak pernah puas dengan ibadahnya
Melakukan hal yang bermanfaat
Berlomba-lomba dalam kebaikan
Sehingga ia tidak mensia-siakan waktu

Wanita muslimah selalu mengutamakan kesederhanaan
Walaupun hidup berkecukupan, tapi ia dermawan
Sering memberikan sedekah
Senang menyantuni anak yatim
Membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongannya

Wanita muslimah seperti bidadari surga
Wanita yang terindah di dunia
Ia akan menyenangi hati setiap orang
Wajahnya penuh dengan cahaya
Sinarnya memancar dan menerangi segala sesuatu disekitarnya

Wanita muslimah bersunguh-sungguh menjadi wanita shalihah
Karena ia mendamba sebagai wanita penghuni surga
Berusaha menjadi sebaik-baiknya perhiasan
Menjadikan hidup lebih bersemangat dan optimis
Ikhlas dan ridho dengan ketetapan-Nya
Sabar bila terjadi musibah
Syukur bila menerima kebahagiaan

Wanita muslimah senantiasa bermuhasabah
Wanita muslimah sering muraqabatullah
Wanita muslimah selalu istiqomah
Wanita muslimah memiliki iman yang kuat
Wanita muslimah memiliki tekad yang kuat
Wanita muslimah tidak takut apapun kecuali Allah
Karena Allah sebagai Pelindung dan Pembuat perhitungan

Dibalik laki-laki yang agung, terdapat sosok wanita yang agung
Dibalik laki-laki yang hebat, terdapat sosok wanita yang hebat
Dibalik laki-laki shalih, terdapat wanita yang shalihah
Dibalik lahirnya tokoh muslim besar, terdapat wanita muslimah yang bijaksana

Medan, 2 Agustus 2010
~Evi A.~

Sabtu, 05 Oktober 2013

Bagaimana sich Sosok Muslimah Sholihah ?

Kita memang hidup di negeri muslim, mayoritas kita juga beragama Islam. Hanya system hidup kita memang belum seperti seharusnya seorang muslim. Sistem hidup kita masih menganut faham kapitalis dan liberalis. Sehingga dalam mempublikasikan profil muslimah pun akhirnya tidak mewakili teladan seorang muslimah sesuai dengan aturan Allah SWT. MIsalnya masih banyak para muslimah yang bingung, seperti apa sih sosok perempuan yang harus ditiru? Apakah profil artis yang kalau menurut gambaran sosok wanita Barat memang dipandang memiliki kemandirian yang tinggi untuk menentukan sikap. Disamping mampu mandiri secara ekonomi, dia juga memiliiki eksistensi di dunia musik, bisa memutuskan sikap untuk bercerai dari suami dan tidak pernah tenggelam dalam duka bahkan semakin produktif bernyanyi. Atau mungkin seperti pengusaha perempuan ternama yang memiliki banyak perusahaan, atau mungkin seperti Dewi Persik dan Jupe yang tidak segan-segan mengekspose tubuhnya. Bagi mereka ekspose tubuh adalah bagian dari seni dan profesionalitas sebagai artis. Seperti apa sih? Kenyataannya media massa selalu mencekoki masyarakat muslim Indonesia dengan profl-profil seperti mereka. Mungkin Agnes Monica, Sahrini, dll. Terlebih lagi award-award atau penghargaan juga banyak dinobatkan di kalangan ini. Inilah yang semakin menenggelamkan profil seorang muslimah yang sesungguhnya. Kalaupun ada upaya masih melekatkan Islam, tetapi nilai-nilainya diselewengkan. Misalnya seperti dalam film perempuan berkalung sorban. Seperti itukah sosok muslimah yang baik? Di satu sisi ada upaya untuk mempopulerkan sosok dengan nilai pemberontakan yang bebas seperti itu. Ini yang membingungkan umat. Akhirnya bagi muslimah-muslimah yang sebenarnya masih terikat dengan nilai-nilai Islam, tapi pemikiran mereka masih rendah, dan tidak rajin memperdalam ilmu Islam, mereka ini pun merasa minder. Berada pada posisi rendah dan seolah-olah tidak berprestasi. Inilah salah satu keberhasilan musuh-musuh Islam dalam membolak-balikkan pemikiran kaum muslimin. Dengan cara ini mereka berhasil meragukan para muslimah terhadap identitas keislamannya.
Kalau menurut Islam, bagaimana  seorang muslimah yang sholihah?
Di dalam Islam, seorang wanita yang sholihah memiliki karakter sesuai dengan syariat islam. Mentaati Allah dan suaminya. Ketaatan kepada suami ini adalah dalam rangka mentaati Allah SWT, karena Allah SWT memerintahkan para istri untuk mentaati suami. Allah SWT berfirman: “Ar rijaalu qowwaamuuna alannisaa.Bimaa fadhalallaahu ba’dhuhum alaa ba’dhin wa bimaa anfaquu min amwaalihim. Fashsholihaatu qaanitaatun haafizhaatun lil ghoibi bimaa hafizhallaah: Laki-laki adalah pemimpin perempuan, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, dank arena mereka telah menafkahkan sebagian harta mereka. Oleh karena itu, wanita yang sholihah adalah mereka yang mentaati Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah memelihara mereka.” QS An nIsaa:34). Rasulullah Saw juga bersabda: “Tidak ada sesuatu yang lebih memberikan manfaat kebaikan bagi seorang mukmin setelah ketaqwaannya kepada Allah daripada seorang istri yang sholihah. JIka ia memerintahkannya, ia menaatinya. Jika ia memandangnya, ia menyenangkannya. Jika ia mendatanginya, ia memuaskannya. Dan jika ia menunggalkannya, ia akan memelihara diri dan harta suaminya.” HR Ibnu Majah. Dari Umma Salamahh, Rasulullah Saw bersabda: “Ayyumaa imra atin, maatats wa zaujuhaa raadhin dakhalats al jannata.”: Wanita mana saja yang meninggal, sementara suaminya meridhoinya, ia pasti masuk surga.” HR At Tirmidzi.

Senin, 30 September 2013

Muthi'ah, Sosok Muslimah Teladan Rekomendasi Rasulullah

FATHIMAH RA bergegas menggandeng Hasan RA yang masih kecil.  Terngiang di telinganya pesan sang ayahanda, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, untuk menemui seorang muslimah berakhlak mulia dan meneladaninya. Tak sabar rasanya Fathimah untuk segera mengetahui, seperti apa gerangan teladan wanita bernama Siti Muthi’ah tersebut.

Sesampainya di depan pintu rumah yang dimaksud, Fathimah pun mengucap salam. Tak lama kemudian si pemilik rumah datang membuka pintu.  Hatinya sangat heran bercampur senang karena tak menyangka yang bertandang adalah putri Rasulullah SAW. Namun, sungguh di luar dugaan Fathimah, setelah mengutarakan maksud kedatangannya, Muthi’ah malah berkata, “Sungguh bahagia aku menyambut kedatanganmu Fathimah. Namun, maafkanlah aku karena aku hanya dapat menerima kedatanganmu di rumahku. Sesungguhnya suamiku mengamanatkan padaku untuk tidak menerima tamu lelaki di rumahku.”
Fathimah tersenyum, “Wahai Muthi’ah, ini Hasan anakku dan dia masih kecil.” Muthi’ah menjawab, “Sekali lagi maafkan aku Fathimah, meskipun ia masih kecil tetapi ia lelaki. Sungguh aku tidak dapat melanggar amanat suamiku.”
Mendengar jawaban Muthi’ah, Fathimah mulai merasakan kemuliaan akhlak Muthi’ah dan semakin ingin mengetahui lebih jauh keutamaan akhlak wanita tersebut. Akhirnya Fathimah pun pamit untuk sejenak mengantar Hasan pulang.
Tak lama kemudian, Fathimah kembali tiba di rumah Muthi’ah seorang diri dan segera disambut dengan gembira oleh Muthi’ah. Setibanya di dalam, Muthi’ah dengan berbinar-binar menanyakan, apa penyebab kedatangannya. Fathimah pun menjelaskan bahwa ia datang karena perintah ayahnya, Rasulullah SAW untuk meneladani akhlaq Muthi’ah. Hati Muthi’ah pun segera ditutupi luapan kebahagiaan karena pujian dari Rasulullah SAW tentu tak ada bandingannya. Namun, ia kembali bertanya dengan keheranan pada Fathimah, “Apakah engkau tengah bercanda Fathimah? Keutamaan akhlak seperti apa yang kumiliki? Aku hanyalah perempuan yang biasa saja,” Muthi’ah kemudian tampak berpikir keras.
Sementara itu, tak sengaja pandangan Fathimah menyapu ruangan yang sederhana tersebut. Terlihat olehnya sebilah rotan, sebuah kipas, dan sehelai handuk. Ia pun segera bertanya pada Muthi’ah, “Untuk apa benda-benda itu?” Wajah Muthi’ah pun seketika merona merah. “Untuk apa kau tanyakan itu Fathimah, aku jadi malu.” Namun, Fathimah mendesak, “Katakanlah padaku Muthi’ah, mungkin benda-benda itulah yang membuat ayahku mengabarkan padaku tentang kemuliaanmu.”
Muthi’ah pun bercerita, “Suamiku setiap harinya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami. Karena itu, aku sangat menyayangi dan menghormatinya. Begitu ia pulang dari bekerja, maka aku akan cepat-cepat menyambutnya dan mengelap keringatnya dengan handuk ini. Setelah kering keringatnya, maka ia akan berbaring di tempat tidur. Ketika itulah, aku mengambil kipas ini dan kukipasi tubuhnya sampai hilang penatnya atau ia tertidur pulas.”
Fathimah masih penasaran, “Lalu, untuk apa rotan ini?” Muthi’ah melanjutkan, “Setelah ia hilang lelahnya atau terbagun dari tidurnya, maka aku akan segera berpakaian serapi dan semenarik mungkin. Karena aku tahu, seorang suami pasti sangat senang melihat istrinya yang berpakaian rapi dan hal itu akan membuatnya betah di rumah. Kuhidangkan makanan di atas meja makan dan kutunggu ia hingga selesai makan. Setelah dia selesai makan, maka aku akan bertanya, apakah ada pelayananku yang tak berkenan dihatinya. Maka aku akan menyerahkan rotan tersebut padanya untuk memukulku.”
“Lalu, apakah suamimu sering memukulmu?” tanya Fathimah. “Tidak, tidak pernah, yang selalu terjadi adalah dia menarik tubuhku dan memelukku penuh kasih sayang.” Mendengar semua penjelasan tersebut, Fathimah terperangah. Sungguh, tak berlebihan kiranya, jika Rasulullah menyuruhnya mendatangi rumah Muthi’ah. Pesona akhlaqnya sungguh luar biasa.
Pesona yang tak mungkin dimiliki seorang perempuan yang  berorientasi materialistik yang memandang segala sesuatu hanya pada kebendaan dan kasat mata saja. Sebab, cinta dan ketulusan Muthi’ah tentu tak terukur pada sebilah rotan yang digunakan untuk memukul saja. Kasih sayangnya tentu tak akan membuatnya rendah karena setia mengelap keringat di tubuh suaminya.
Inilah pesona yang hanya mampu dipahami oleh seorang muslimah sejati yang mengukur segala tindakan dengan skala iman. Yang mampu melihat dengan mata hati bahwa ketaatan akan menghadiahkan kebahagiaan. Bahwa ketundukan pada perintah Allah dan Rasul-Nya, bukan hanya menuntun pada kebenaran. Namun, juga pada pembuktian bahwa setiap perempuan yang beriman dan berakhlak mulia juga akan mendapatkan seorang suami yang beriman dan penuh cinta. [‘Aliya/muslimklik.com]

Selasa, 24 September 2013

Mengenal Sosok Remaja Muslimah

Seorang gadis remaja, bagi kafilah-kafilah gurun padang pasir bagaikan ‘seekor rusa kecil’. Sedangkan bagi bangsa Jepang, ia laksana ‘sekuntum bunga sakura yang sedang merekah’. Wow…, indah bukan?????
Keindahan bola mata dan bibirnya seindah pancaran keindahan batu permata dan batu safir. Kata-katanya mampu menghembuskan kesejukan pagi hari di musim semi. Senyumnya bagaikan kemegahan sinaran matahari. Dan jalannya pun laksana barisan bidadari.
Gadis remaja, seperti ia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang terindah di dunia ini. Dialah penjelmaan kecantikan bunga-bunga yang bermekaran di atas muka bumi.
Tidak seorang pun pernah berkata sejujur seperti ia berbisik di telinga kekasihnya bahwa kekasihnya itu begitu luar biasa.
Gadis remaja adalah secercah kesan, sepercik keilahian yang diberikan Tuhan kepada kita sebagai gambaran hal-hal yang akan datang. Dia tak begitu berdaya dan rapuh, belum menjelma menjadi wanita perkasa (bijaksana).
Tuhan banyak memberikan anugerah kepadanya, dan banyak pula yang mengharapkan dan mengimpikan kebaikan mengalir dari dirinya. Tak ada makhluk lain yang diinginkan seperti menginginkan dirinya. Dia kan menjadi pasangan hidup bagi laki-laki dan ibu dari anak-anaknya.
Nah, begitulah gambaran tentang sosok kamu para remaja muslimah. Bangga bukan? Menjadi seorang perempuan? So, biar kamu-kamu semua bisa menjadi sosok muslimah cantik lahir batin, maka kamu kudu banyak tahu mengenal sosok dirimu dan apa yang kudu kamu lakuin dalam mengisi masa remajamu.
Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri. Seringkali di usia remaja ini kamu bingung untuk memilih arah tujuan. Akhirnya kamu pun senang sekali mencari berbagai bentuk perhatian dari banyak orang dengan perilaku yang nyeleneh, aneh, dan senang jika diliatin serta dikenal banyak orang. Suka dipuji dan berambisi menjadi yang terkeren dan terbeken.
Hal seperti ini masih dalam tahap wajar, namun jika tidak diimbangi oleh kepribadian serta keimanan yang kuat, seringkali kamu menjadi terpedaya hingga lupa diri karena nafsu yang mendominasi perilakumu.
Usia remaja seperti kamu sudah tidak bisa dikatakan anak-anak lagi, tapi juga belum pantas disebut dewasa, yakh… masih Manusia ½ Dewa…sa.
Masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan. Para remaja seusia kamu tidak perlu dipusingkan dengan permasalahan hidup. Nggak repot ngurusin keamanan Negara, politik, ekonomi, dan tetek bengek lainnya. Kebebasan adalah hal yang kamu inginkan.
Begitukah???
Kebebasan apa yang umumnya kamu tuntut dari para orang dewasa dan lingkungan sekitarmu?
•Kebebasan berkarya
•Kebebasan mengungkapkan pendapat atau kehendak
•Kebebasan mengekspresikan kemampuan dan bakat
•Kebebasan melakukan ini-itu tanpa memandang efek positif dan negative (yang penting happy).
Sah-sah saja mengimpikan kebebasan. Tapi bebas dan bertanggung-jawab serta bermoral adalah syarat yang kudu kamu penuhi sebelumnya. Begitulah aturan mainnya. Karena kita adalah manusia yang memiliki aturan main, yakni tanggung-jawab dan moralitas.
Seringkali aturan main ini tidak diterima oleh remaja seumuran kamu, alias nggak ada dalam ‘kamus ABG’ masa kini yang mengharapkan kebebasan tanpa ikatan dan aturan, apalagi moralitas dan tanggung-jawab. Di sinilah awalnya penyelewengan dalam memaknai kalimat ‘bebas’.
Di era sekarang ini remaja muslimah menjadi incaran utama yang paling empuk oleh raksasa bisnis, seperti media dan produk. Oleh karena itu, hendaklah kamu selalu menanamkan sikap waspada dan menanamkan keimanan yang kokoh. Karena hal-hal seperti itu lebih banyak memberikan kesempatan untuk berbuat kemungkaran dan menjauhkan diri dari mengingat Tuhan.
Namun, di sisi lain, kita acungkan jempol bagi remaja yang aktif dalam kegiatan Masjid, menghadiri majelis ta’lim, dan rutinitas kerohanian lainnya.
Remaja muslimah adalah generasi penerus, pendidik masa depan. Oleh karena itu jagalah fisik dan rohanimu, pikiran dan akhlakmu sebaik mungkin. Kamu bisa menjadi remaja muslimah yang lincah, kreatif, produktif, dan dapat memberikan kontribusi positif bagi keluarga, sahabat, dan orang-orang di sekelilingmu, bahkan bagi agama dan negaramu.

Kamis, 19 September 2013

Khodijah rodiyallohu ‘anha, Sosok Muslimah yang Dicintai Alloh subhanahu wata’ala

Khodijah rodiyallohu ‘anha adalah sosok muslimah yang dicintai alloh subhanahu wata’ala sebagaimana diriwayatkan, bahwasnnya ketika ia sedang sekarat, maka Malaikat Jibril datang dari langit seraya berkata, “Wahai Muhammad, Alloh mengucapkan salam kepada Khodijah.” Dan Dia berkata kepadamu, wahai Muhammad beri kabar gembira kepada Khodijah dengan istana dari mutiara di durga, di sana tiada kegaduhan dan keletihan.”

Perhatikanlah cinta itu! Ia sebentar lagi akan mati, ia akan melihat semua itu di surga, lalu mengapa Malaikat Jibril dari langit menyampaikan berita itu??

Agar kita semua tahu bahwa ketika Alloh mencintai seorang hamba, maka Dia akan memuliakan hamba itu. Sesungguhnya kabar itu untuk kita, sehingga kita mengetahui kedudukan Khodijah dan kedudukan orang-orang yang mencintai Alloh.

Ketika Alloh mencintai seorang hamba, Dia akan mencintainya dengan cinta yang sangat. Maka siapakah yang berusaha mencapai kedudukan yang mulia ini? Yaitu kedudukan orang-orang yang dicintai Allloh subhanahu wata’ala. Sungguh tidak ada kecintaan yang lebih agung dari meraih kecintaan di sisi Alloh…

Dalam hadits Qudsi, Rasululloh shalallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلاَ يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيْذَنَّهُ

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu berkata : Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhya Allah ta’ala berfirman : Siapa yang memusuhi wali-Ku maka Aku telah mengumumkan perang dengannya. Tidak ada taqarrub (pendekatan diri) seorang hamba kepada-Ku yang lebih Aku cintai kecuali dengan  beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil  (perkara-perkara sunnah) maka Aku akan mencintainya dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku niscaya akan Aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi.” (HR. al-Bukhori)

Senin, 16 September 2013

Islam Mendidik Para Wanita Agar Menjadi Sosok Muslimah yang Kuat dan Tangguh

Di dalam shirah Ibnu Hisyam terdapat sebuah kisah dari Ummu Sa’d bin Rabi’, ia bercerita bahwa; ‘Suatu hari aku menemui Ummu ‘Imarah, lalu aku bertanya kepadanya, “Bibi, ceritakan kepadaku tentang kabarmu pada waktu Perang Uhud.” Lalu ia berkata, “Pada suatu pagi, dengan membawa bejana tempat air minum, aku keluar  sambil memandangi apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang. Lalu sampailah aku ke hadapan Rasulullah saw yang waktu itu sedang berada di tengah-tengah para shahabat. Ketika itu kemenangan berada di pihak kaum Muslimin. Kemudian ketika kaum Muslimin mengalami kekalahan, aku berlari menuju  Rasulullah saw dan langsung turun ke medan pertempuran ikut melindungi Rasulullah saw dengan menggunakan pedang dan panah, sehinggaaku sempat terluka.”

Ummu Sa’d berkata, “Memang benar, di pundaknya aku melihat ada bekas luka yang berlubang.” Lalu aku bertanya kepadanya, “Lalu siapa yang berhasil melukaimu ?” Ia menjawab, “Qam’ah, Semoga Allah menghinakannya. Ketika orang-orang berlarian meninggalkan Rasulullah saw ia datang sambil berkata, “Tunjukkan kepadaku, di mana Muhammad, karena jika Muhammad selamat, maka celakalah aku.” Lalu aku , Mush’ab bin Umair dan beberapa  orang yang tetap bertahan bersama Rasulullah saw mencoba untuk menghadangnya, lalu ia berhasil memukulku, namun aku juga berhasil memukulnya beberapa kali, akan tetapi sayang waktu itu ia mengenakan dua tameng.”

Contoh kisah di atas memberikan bukti kepada kita bagaimana Islam mampu mendidik dan menciptakan sosok para wanita yang kuat dan tangguh. Tidak hanya sampai di sini saja, bahkan sebagian shahabat mengajarkan kepada anak-anak perempuan tentang tata cara memotong hewan.

Abu Musa al-Asy’ari meriwayatkan bahwa dia memerintahkan anak-anak perempuannya untuk memotong hewan kurban mereka sendiri dengan cara menginjak sisi tubuh hewan yang hendak disembelih, dan membaca takbir serta membaca basmalah ketika menyembelih. (HR Razin dan riwayat ini dikomentari oleh Imam Bukhari)

Ibnu Hisyam meriwayatkan dari Ibnu Ishaq, ia berkata, “Pada suatu kejadian, Shafiyah binti Abdul Muthalib sedang berada di tempat persembunyian bersama Hasan bin Tsabit yang waktu itu sedang sakit. Shafiyah bercerita, “Lalu ada salah seorang Yahudi lewat mengelilingi tempat di manakami bersembunyi.Padahal waktu itu Bani Quraidhah sedang memerangi kaum Muslimin dan merusak perjanjian damai yang ditanda tangani antara mereka dan Rasulullah saw.

Waktu itu tidak ada seorang pun yang dapat membantu melindungi kami, karena waktu itu Rasulullah saw dan jumlah kaum Muslimin yang terlalu sedikit tidak memungkinkan untuk datang kepada kami. Lalu aku berkata kepada Hasan bin Tsabit, “Wahai Hasan, kamu lihat orang Yahudi tersebut selalu mengelilingi tempat persembunyian kita, dan aku takut jika ia mengetahui keberadaan kita dan memberitahukannya kepada teman-temannya yang lain, padahal sekarang Rasulullah saw bersama kaum Muslimin sedang sibuk, oleh karena itu, melompatlah dan bunuh orang Yahudi tersebut.” Namun karena waktu itu ia sedang sakit, Hasan bin Tsabit meminta maaf tidak dapat melakukan hal tersebut. Shafiyah berkata, “Ketika ia minta maaf tidak dapat melakukan hal tersebut, maka aku langsung mengencangkan pakaianku, kemudian aku mengambil sebuah tongkat, lalu aku turun dari tempat persembunyianku dan langsung memukul orang Yahudi tersebut hingga tewas.”

Kisah di atas, walaupun sanadnya lemah, namun tidak ada salahnya jika disebutkan di sini sebagai dalil yang menguatkan pembahasan ini.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw mendidik Fathimah agar terbiasa dengan hal-hal yang berbau kekerasan, yaitu dengan cara menyuruhnya membersihkan pedang Rasulullah saw yang berlumuran darah musuh.

Ibnu Abbas r.a meriwayatkan dan berkata, “Ketika Rasulullah saw kembali dari medan perang, beliau memberikan pedangnya kepada putrinya, Fathimah r.a sambil berkata, “Putriku, bersihkanlah bekas darah yang menempel di pedangku ini.” Lalu Ali bin Abi Thalib juga menyerahkan pedangnya kepada istrinya, Fathimah, seraya berkata, “Fathimah, tolong bersihkan juga pedangku ini, sungguh pada hari ini aku maju ke medan perang dengan penuh keberanian dan semangat yang membara.” Lalu Rasulullah saw bersabda, “Jika hari ini kamu maju ke medan perang dengan penuh semangat yang membara, maka hal yang sama juga dilakukan oleh Sahl bin Hunaif dan Samak bin Kharsyah Abnu Dajanah.” (HR al-Hakim)

Dan masih banyak lagi kisah-kisah serupa yang mengetengahkan kepahlawanan dan keberanian para wanita muslimah. Mereka ikut pergi berjihad untuk mengobati tentara Islam yang terluka, memberi pasokan minum dan bahkan ikut terjun langsung ke tengah-tengah medan pertempuran, tanpa sedikit pun takut akan kilauan pedang, tombak dan panah yangberseliweran,tidak gentar melihat kondisi para tentara yang terbunuh.

Kisah-kisah kepahlawanan dan ketegaran para wanita muslimah seperti ini cukup kiranya menjadi bahan pelajaran bagi generasi –generasi selanjutnya, semisal Ummu Sulaim yang dengan tabah dan tegar memandikan putranya,Umair, mengkafani dan meletakkannya di samping rumah. Sampai saatnya sang suami, Abu Thalhah datang, ia pun tetap tabah dan bersabar mengharap dari semua cobaan tersebut pahala dari-Nya. Bahkan, ia memang sebelumnya sudah bersiap-siap menerima semua cobaan tersebut. Kemudian setelah sang suami menyelesaikan pekerjaannya dan suasana pun benar-benar tenang, maka Ummu Sulaim dengan cara yang baik, halus dan bijaksana mengabarkan kepada sang suami, bahwa Dzat Yang menitipkan amanah kepada mereka berdua telah mengambil kembali amanah tersebut. Mendengar penjelasan sang istri, Abu Thalhah sadar bahwa anaknya telah meninggal dunia. (HR Bukhari)

Ini adalah buah yang dapat dipetik dari cara Islam mendidik para wanita muslimah agar menjadi sosok-sosok wanita yang kuat dan tangguh.Sosok wanita yang tidak bersedih atas syahidnya sang anak, bahkan mendorong dan memberikan semangat kepadanya untu meraih syahid, seperti yang dilakukan oleh Asma’ binti Abu Bakar terhadap putranya, Abdullah bin Zubair.

Diriwayatkan bahwa suatu ketika Abdullah ibnuz-Zubair masuk menemui sang ibu, lalu berkata kepadanya, “Bagaimana keadaanmu ibu ?” Sang ibu menjawab, “Ibu sakit.”Abdullah berkata, “Kematian dapat membawa ibu keluar dari derita ini dan dapat beristirahat.” Sang ibu berkata, “Anakku, kamu mungkin senang jika aku mati, oleh karena itu kamu mengharapkannya. Anakku, jangan lakukan itu, demi Allah aku tidak ingin mati sebelum aku menyaksikan akhir dari perjuanganmu ini. Ada kalanya kamu mati terbunuh , maka ibu ikhlas dan mengharapkan pahala dari-Nya. Dan ada kalanya kamu mendapatkan kemenangan, mka hati ibu dapat ikut merasakan kebahagiaan. Anakku, ibu pesan, jangan pernah menerima tawaran yang tidak kamu setujui  hanya karena takut mati. “ Pada riwayat lain, Abdullah berkata, “Ibu, aku takut jika mereka mencincang tubuhku.” Sang ibu berkata, “Apakah kambing yang telah disembelih merasa sakit ketika dikuliti ?”

Sumber : Buku “Tarbiyyatul Banaat fil Islaam.” Penulis : Abdul Mun’im Ibrahim Penerbit : Maktabah Awlaad Syekh lit-Turaats. 1423 H/2002 M.

Sabtu, 15 Juni 2013

Kenapa Harus Wanita Shalihah?

dakwatuna.com – Bismillah..

Ilustrasi (Danang Kawantoro)
Terkadang orang heran dan bertanya, kenapa harus mereka?
Yang bajunya panjang, tertutup rapat, dan malu-malu kalau berjalan..
Aku menjawab.. Karena mereka, lebih rela bangun pagi menyiapkan sarapan buat sang suami dibanding tidur bersama mimpi yang kebanyakan dilakukan oleh perempuan lain saat ini..
Ada juga yang bertanya, mengapa harus mereka?
Yang sama laki-laki-pun tak mau menyentuh, yang kalau berbicara ditundukkan pandangannya.. Bagaimana mereka bisa berbaur…
Aku menjawab.. Tahukah kalian.. bahwa hati mereka selalu terpaut kepada yang lemah, pada pengemis di jalanan, pada perempuan-perempuan renta yang tak lagi kuat menata hidup. Hidup mereka adalah sebuah totalitas untuk berkarya di hadapan-Nya.. Bersama dengan siapapun selama mendatangkan manfaat adalah kepribadian mereka.. Untuk itu, aku menjamin mereka kepadamu, bahwa kau takkan rugi memiliki mereka, kau takkan rugi dengan segala kesederhanaan, dan kau takkan rugi dengan semua kepolosan yang mereka miliki.. Hati yang bening dan jernih dari mereka telah membuat mereka menjadi seorang manusia sosial yang lebih utuh dari wanita di manapun..
Sering juga kudengar.. Mengapa harus mereka?
Yang tidak pernah mau punya cinta sebelum akad itu berlangsung, yang menghindar ketika sms-sms pengganggu dari para lelaki mulai berdatangan, yang selalu punya sejuta alasan untuk tidak berpacaran.. bagaimana mereka bisa romantis? bagaimana mereka punya pengalaman untuk menjaga cinta, apalagi jatuh cinta?
Aku menjawab..
Tahukah kamu.. bahwa cinta itu fitrah, karena ia fitrah maka kebeningannya harus selalu kita jaga. Fitrahnya cinta akan begitu mudah mengantarkan seseorang untuk memiliki kekuatan untuk berkorban, keberanian untuk melangkah, bahkan ketulusan untuk memberikan semua perhatian.
Namun, ada satu hal yang membedakan antara mereka dan wanita-wanita lainnya.. Mereka memiliki cinta yang suci untuk-Nya.. Mereka mencintaimu karena-Nya, berkorban untukmu karena-Nya, memberikan segenap kasihnya padamu juga karena-Nya… Itulah yang membedakan mereka..
Tak pernah sedetikpun mereka berpikir, bahwa mencintaimu karena fisikmu, mencintaimu karena kekayaanmu, mencintaimu karena keturunan keluargamu.. Cinta mereka murni.. bening.. suci.. hanya karena-Nya..
Kebeningan inilah yang membuat mereka berbeda… Mereka menjadi anggun, seperti permata-permata surga yang kemilaunya akan memberikan cahaya bagi dunia. Ketulusan dan kemurnian cinta mereka akan membuatmu menjadi lelaki paling bahagia..
Sering juga banyak yang bertanya.. mengapa harus mereka?
Yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca Al-Qur’an dibanding ke salon, yang lebih sering menghabiskan harinya dari kajian ke kajian dibanding jalan-jalan ke mall, yang sebagian besar waktu tertunaikan untuk hajat orang banyak, untuk dakwah, untuk perubahan bagi lingkungannya, dibanding kumpul-kumpul bersama teman sebaya mereka sambil berdiskusi yang tak penting. Bagaimana mereka merawat diri mereka? bagaimana mereka bisa menjadi wanita modern?
Aku menjawab..
Tahukah kamu, bahwa dengan seringnya mereka membaca al Qur’an maka memudahkan hati mereka untuk jauh dari dunia.. Jiwa yang tak pernah terpaut dengan dunia akan menghabiskan harinya untuk memperdalam cintanya pada Allah.. Mereka akan menjadi orang-orang yang lapang jiwanya, meski materi tak mencukupi mereka, mereka menjadi orang yang paling rela menerima pemberian suami, apapun bentuknya, karena dunia bukanlah tujuannya. Mereka akan dengan mudah menyisihkan sebagian rezekinya untuk kepentingan orang banyak dibanding menghabiskannya untuk diri sendiri. Kesucian ini, hanya akan dimiliki oleh mereka yang terbiasa dengan al Qur’an, terbiasa dengan majelis-majelis ilmu, terbiasa dengan rumah-Nya.
Jangan khawatir soal bagaimana mereka merawat dan menjaga diri… Mereka tahu bagaimana memperlakukan suami dan bagaimana bergaul di dalam sebuah keluarga kecil mereka. Mereka sadar dan memahami bahwa kecantikan fisik penghangat kebahagiaan, kebersihan jiwa dan nurani mereka selalu bersama dengan keinginan yang kuat untuk merawat diri mereka. Lalu apakah yang kau khawatirkan jika mereka telah memiliki semua kecantikan itu?
Dan jangan takut mereka akan ketinggalan zaman. Tahukah kamu bahwa kesehariannya selalu bersama dengan ilmu pengetahuan.. Mereka tangguh menjadi seorang pembelajar, mereka tidak gampang menyerah jika harus terbentur dengan kondisi akademik. Mereka adalah orang-orang yang tahu dengan sikap profesional dan bagaimana menjadi orang-orang yang siap untuk sebuah perubahan. Perubahan bagi mereka adalah sebuah keniscayaan, untuk itu mereka telah siap dan akan selalu siap bertransformasi menjadi wanita-wanita hebat yang akan memberikan senyum bagi dunia.
Dan sering sekali, orang tak puas.. dan terus bertanya.. mengapa harus mereka?
Pada akhirnya, akupun menjawab…
Keagungan, kebeningan, kesucian, dan semua keindahan tentang mereka, takkan mampu kau pahami sebelum kamu menjadi lelaki yang shalih seperti mereka..
Yang pandangannya terjaga.. yang lisannya bijaksana.. yang siap berkeringat untuk mencari nafkah, yang kuat berdiri menjadi seorang imam bagi sang permata mulia, yang tak kenal lelah untuk bersama-sama mengenal-Nya, yang siap membimbing mereka, mengarahkan mereka, hingga meluruskan khilaf mereka…
Kalian yang benar-benar hebat secara fisik, jiwa, dan iman-lah yang akan memiliki mereka. Mereka adalah bidadari-bidadari surga yang turun ke dunia, maka Allah takkan begitu mudah untuk memberikan kepadamu yang tak berarti di mata-Nya… Allah menjaga mereka untuk sosok-sosok hebat yang akan merubah dunia. Menyuruh mereka menunggu dan lebih bersabar agar bisa bersama dengan para syuhada sang penghuni surga… Menahan mereka untuk dipasangkan dengan mereka yang tidurnya adalah dakwah, yang waktunya adalah dakwah, yang kesehariannya tercurahkan untuk dakwah.. sebab mereka adalah wanita-wanita yang menisbahkan hidupnya untuk jalan perjuangan.
Allah mempersiapkan mereka untuk menemani sang pejuang yang sesungguhnya, yang bukan hanya indah lisannya.. namun juga menggetarkan lakunya.. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang malamnya tak pernah lalai untuk dekat dengan-Nya.. yang siangnya dihabiskan dengan berjuang untuk memperpanjang nafas Islam di bumi-Nya.. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang cintanya pada Allah melebihi kecintaan mereka kepada dunia.. yang akan rela berkorban, dan meninggalkan dunia selagi Allah tujuannya.. Yang cintanya takkan pernah habis meski semua isi bumi tak lagi berdamai kepadanya.. Allah telah mempersiapkan mereka untuk lelaki-lelaki shalih penghulu surga…
Seberat itukah?
Ya… Takkan mudah.. sebab surga itu tidak bisa diraih dengan hanya bermalas-malasan tanpa ada perjuangan…
Taipei, 02 Juni 2010

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2010/kenapa-harus-wanita-shalihah/

Senin, 27 Mei 2013

WANITA MEMANG SALAH

Apabila wanita (ibu) sudah suka keluar rumah, bahkan itu dianggap sebagai kewajiban maka tak heran jika timbul berbagai dampak yang mengerikan.
  1. Timbulnya pengangguran bagi kaum laki-laki. Sebab lapangan pekerjaan telah dibanjiri oleh kebanyakan kaum wanita.
  2. pecahnya keharmonisan rumah tangga. Sebab sang ibu lalai dengan tugas-tugas utamanya dalam rumah seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, melayani suami dan anggota keluarga. Akibatnya rumah berantakan tak terurus.
  3. Keadaan perkembangan anak jadi kurang terkontrol. Lantaran ayah dan ibu sibuk bekerja di luar rumah. Dari celah inilah, akhirnya muncul dengan subur kenakalan anak-anak dan remaja.
  4. Terjadinya percekcokan dan perseteruan antara suami-istri, karena ketika suami menuntut pelayanan dari sang istri dengan sebaik-baiknya, si istri merasa capek dan lelah, lantaran seharian kerja di luar rumah.
  5. Terjadinya perselingkuhan, karena suburnya budaya ikhtilath dan tabarruj. Perselingkuhan bisa juga disebabkan dari sisi dalam rumah, jika ketika suami ada di rumah dan istri sering tidak ada di rumah, tak jarang terjadi perselingkuhan antara pembantu dengan tuannya.
  6. Jika wanita itu masih gadis, maka ia akan menjadi gadis yang liar dan doyan kelayapan. Menjadi santapan para laki-laki jalanan. Suka bersuara keras di jalan dengan berteriak dan suka tertawa terkekeh-kekeh untuk mencari perhatian laki-laki. Sehingga jauhlah dia dari nilai wanita dan anak yang sholehah.

Sabtu, 04 Mei 2013

RESEP MENJADI ISTRI IDAMAN

❥ Suami pergi & pulang kerja jangan lupa salam tangannya ..
doakan suami moga selamat dan senatiasa mencari rezeki yg halal untuk keluarga..

❥ Bersikap manja dengan suami tapi jangan sampai mengada-ngada .... (lelaki paling tidak suka dgn sikap mengada-ngada tapi akan lemah jika isteri bermanja-manja)

❥ Sentiasa perhatian bila suami berbicara ,pandang matanya danbagi senyuman termanis anda biarpun tanpa gula...

❥ Senatiasa menghargai apa pun, sekecil apa pun bantuan yang suami lakukan di rumah.. ringankan mulut untuk ucapkan -terima kasih ..

❥Jaga keharmonian rumah tangga , senatiasa utamakan kepentingan suami & anak2 sebelum keperluan diri..

Kamis, 02 Mei 2013

CIRI WANITA BAIK DAN SHOLEHAH

Tidak banyak syarat yang diharuskan oleh
Islam kepada seorang wanita
untuk mendapatkan gelar Sholehah.

Ia hanya perlu memenuhi dua syarat saja
yaitu :

1. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya
2. Taat kepada suami.

Adapun rincian dari dua syarat diatas adalah
sebagai berikut :
1. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya meliputi :
- Mencintai Allah SWT dan Rasulullah SAW
melebihi dari mencintai lainnya.
- Wajib menutup aurat
- Tidak berhias dan berperangai seperti
wanita jahiliyah
- Tidak bermusafir atau bersama dengan
lelaki dewasa kecuali ada mahram
bersamanya.
- Sering membantu lelaki dalam perkara
kebenaran, kebajikan dan urusan takwa
- Berbuat baik kepada ibu dan bapak
- Sentiasa bershadakah baik dalam keadaan
susah ataupun senang
- Tidak berkhalwat (berduaan) dengan lelaki
dewasa
- Bersikap baik terhadap tetangga

2. Taat kepada suami meliputi :
- Memelihara kewajiban terhadap suami
- Sentiasa menyenangkan suami
- Menjaga kehormatan diri dan harta
suaminya selama suami tiada di rumah.
- Tidak cemberut dihadapan suami.
- Tidak menolak ajakan suami untuk tidur
- Tidak keluar tanpa izin suami.
- Tidak meninggikan suara melebihi suara
suami
- Tidak membantah suaminya dalam
kebenaran
- Tidak menerima tamu yang dibenci
suaminya.
- Sentiasa memelihara diri, kebersihan fisik
dan kecantikannya serta kebersihan rumah
tangga.

Sabtu, 27 April 2013

Menjadi Wanita Sholehah Idaman Para Pria

  1. keshahihan aqidahnya.layaknya permata, ia akan berharga tinggi karena tinggi nilai kilauanya.wanita yang mempunyai aqidah yang benar mengimani rububiyahnya, bahwa dia adalah pencipta dan pemberi rizki di seluruh alam ini.
  2. pemahan dan pengalaman atas hukum syari'at.yaitu, dengan keimanan yang tersimpan di sanubari, tentu menuntut sebuah pembuktian. karena iman hakikatnya adalah pengucapan dengan lidah, dan mengamalkan dengan anggota badan yaitu ucapan rasa syukur kita terhadapnya di setiap lafaz dalam lisan kita di mana jua.
  3. dari keturunan yang baik dan berada. manusia tidak dapat memilih dari rahim siapa ianya di lahirkan, karena itu mutlak qadha dan qadar allah.namun dengan dari keluarga yang baik mempunyai tingkat kemungkinan boleh menurunkan pribadi yang baik.akan tetapi tidak jarang dari keturunan orang baik muncul keturunan jahat seperti nabi nuh memiliki anak yang tidak baik dan durhaka.
  4. wanita yang masih gadis kenapa?di karenakan wanita gadis ini masih memiliki sifat-siat alami seorang wanita.
  5. sehat jasmani(subur)dan penyayang.karena ianya akan menemani perjuang di bahtera rumah tangga dan dengan sifat penyayangnya ia akan memberi keselesaian yang damai dan tentram.
  6. beraklaq mulia.
  7. menyejukan pandangan bagi kaum dam khususnya suaminya.
  8. realistis dalam menuntut hak dan melaksanakan kewajibannya
  9. dewasa dan bijaksana.
  10. menolong suami dan mendorong keluarga dalam ketaqwaan.
  11. mengerti kelebihan dan kekurangan suami.
  12. pandai bersyukur kepada suaminya yaitu dengan mengucap terimakasih.

Selasa, 23 April 2013

Kriteria Istri Sholehah


Sahabatku, Inilah diantara kriteria istri sholehah

1. Sangat damai hidup bersamanya karena ketaatannya kepada Allah (QS 4:34)

2. Kalau ditatap selalu menyenangkan

3. Tidak membantah jika diperintah suaminya dalam kebaikan dan Syariat Allah

4. Pandai menjaga kehormatan dan harta suaminya. Rasulullah bersabda, "Sebaik-baik istri sholehah adalah jika ditatap menyenangkan, bila diperintah taat, dan jika suaminya pergi pandai menjaga kehormatan dan harta suaminya" (HR Abu Daud)

5. Mulia sekali karena terjaga kehormatan dan tertutup auratnya (QS 33:59)

6. Bukan hanya sabar bahkan rela berkorban untuk suaminya

7. "Gholimah" pandai merawat tubuhnya dan sangat aktif melayani suaminya

8. Bersyukur atas nikmat Allah dengan terus membangkitkan semangat suami dan tidak menuntut diluar batas kemampuan suaminya

9. Menyayangi dan menghormati keluarga suaminya

10. Tidak keluar rumah tanpa seizin suaminya

11. Menyertakan suaminya dalam doanya, terutama dipenghujung malam

12. Penuh perhatian saat suami bicara disertai tatapan cinta

13. Hadiah kecil tetapi sangat membahagiakan suami, tatkala istri menciumnya disertai bisikan, "Adek bangga menjadi istrimu, kak"

Kamis, 11 April 2013

Perjalanan Istri Solehah Yang Mengharukan Wajib Anda Ketahui

Cerita ini adalah kisah nyata, dimana perjalanan seorang istri solehah ditulis dalam sebuah laptop miliknya. Disarankan sebelum membaca cerpen ini siapkan tissue karena sangat mengharukan dan bisa membuat kita menangis. Semoga menjadi pelajaran untuk kita semua. 

*** 

Cinta itu butuh kesabaran… 

Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita??? 

Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita.. 

Aku menjadi perempuan yang paling bahagia….. 

Pernikahan kami sederhana namun meriah….. 

Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu. 

Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula. 

Ketika kami berpacaran dia sudah sukses dalam karirnya. 

Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu.. 

Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci…. 

Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku… sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku. 

Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya. 



*** 

Lima tahun berlalu sudah kami menjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tangga kami. 

Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya. 

Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku… 

Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA. 

Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku… 

Didepan suami ku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh mereka… 

Pernah suatu ketika satu tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi seorang janda itu. 

Ia dirawat dirumah sakit pada saat dia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang & malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al – Qur’an. Aku sibuk bolak-balik dari rumah sakit dan dari tempat aku melakukan aktivitas sosial ku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan. 

Namun saat ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami, aku melihat di dalam kamarnya ada ibu, adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dan disaat itu juga.. aku melihat ada seorang wanita yang sangat akrab mengobrol dengan ibu mertuaku. Mereka tertawa menghibur suamiku. 

Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar, tapi aku tak boleh sedih di hadapannya. 



Kubuka pintu yang tertutup rapat itu sambil mengatakan, “Assalammu’alaikum” dan mereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua melihatku. Suamiku menatapku penuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalu tertutup. 

Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. Setelah aku menghampirinya, kucium tangannya sambil berkata “Assalammu’alaikum”, ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yg lirih namun penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya. 

Lalu.. Ibu nya berbicara denganku … 

“Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri”. 

Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernama Desi dan dia sangat akrab dengan keluarga suamiku. Hingga akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku bicara di dalam ruangan tersebut,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan. 

Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan mukanya, tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Dian mengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya. 

Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata, ”lebih baik kau pulang saja, ada 
kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. ” 

Anehnya, aku tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abang harus banyak beristirahat dan karena psikologisnya masih labil. Aku berdebat dengannya mempertanyakan mengapa aku tidak diizinkan berpamitan dengan suamiku. Tapi tiba-tiba ibu mertuaku datang menghampiriku dan ia juga mengatakan hal yang sama. Nantinya dia akan memberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang tak berpamitan padanya, toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya salah ataupun tidak, suamiku tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata. 

Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku. 

*** 

Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain. 

Pagi itu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, suamiku memanggil ku ke taman belakang, ia baru aja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu. 

Aku bertanya, ”Ada apa kamu memanggilku?” 

Ia berkata, ”Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang” 

Aku menjawab, ”Ia sayang.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barang kamu di travel bag dan kamu sudah memeegang tiket bukan?” 

“Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku akan pulang dengan mama ku”, jawabnya tegas. 

“Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana?“, tanya ku balik kepadanya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahukan rencana kepulanggannya itu, padahal aku telah bersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya. 

”Mama minta aku yang menemaninya saat pulang nanti”, jawabnya tegas. 

”Sekarang aku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan?”, lanjut nya lagi sambil memelukku dan mencium keningku. Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan pada nya. 

Bahagianya aku dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang & cintanya walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku. 

Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama suamiku, tapi karena keluarganya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku karena suamiku sangat sayang padaku. 

Kemudian aku memutuskan agar ia saja yg pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami. 

Karena ini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganya harus komplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikan oleh keluarganya harus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuat mereka sangat senang dan aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini. 

Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yang akan dibawanya ke Sabang, ia menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku, lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergi olehnya. 

Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi. 

Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sajalah teman mengobrolku. 

Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya. 

Sampai keesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akan selalu menelponku. 

*** 

Berjauhan dengan suamiku, aku merasa sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi ke Sabang. 

Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti di lilit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini, sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki-lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3. 

Aku menangis.. apa yang bisa aku banggakan lagi.. 

Mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan kemudian aku hanya bisa memeluk adikku. 

Aku kangen pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, “kapankah ia segera pulang?” aku tak tahu.. 

Sementara suamiku disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah-marah jika menelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku.. 

Lebih baik aku tutupi dulu tetang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Sabang. 

Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan cerita padanya. Setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari aku hitung… 

Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakan ada sms yang masuk. 

Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms. 

Ia menulis, “aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi”. 

Hanya itu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya di rumah. 

Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinya aku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir-akhir ini. 

Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelum masuk, aku pegang tangannya kedepan teras namun ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan kucuci kedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami. 

Setelah itu akupun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya.. 

Masya Allah.. ia tidak mencium keningku, ia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya kabarku.. 

Aku hanya berpikir, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaan nya sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pada tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta. 

Biasa nya kami selalu berjama’ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas, aku tak tega membangunkannya. Aku hanya mengeelus wajahnya dan aku cium keningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka’at. 


*** 


Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku melihat dirinya dari balkon kamar kami yang bersiap-siap untuk pergi. Lalu aku memanggilnya tapi ia tak mendengar. Kemudian aku ambil jilbabku dan aku berlari dari atas ke bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku untuk mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi. 
Aku merasa ada yang aneh dengan suamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku? 

Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon kerumah mertuakudan kebetulan Dian yang mengangkat telponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedang terjadi dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab, “Loe pikir aja sendiri!!!”. Telpon pun langsung terputus. 

Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah ia kembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku. 

Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kami hanya berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu bertanya aku dari mana dan mengapa pulang terlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras. Suamiku telah berubah. 

Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dengan mantan pacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhku serendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun salahnya seorang suami, status suami tetap di atas para istri, itu pedoman yang aku pegang. 
Aku hanya berdo’a semoga suamiku sadar akan prilakunya. 
*** 
Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan. 

Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap merawatnya & menyiakan segala yang ia perlukan. Penyakitkupun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun ia tak pernah bertanya perihal obat apa yang aku minum. Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir. 

Bersyukurlah.. aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang guru ngaji, jadi aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku. 

Sungguh.. suami yang dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap aku bertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, suamiku memanggilku. 

“Ya, ada apa Yah!” sahutku dengan memanggil nama kesayangannya “Ayah”. 

“Lusa kita siap-siap ke Sabang ya.” Jawabnya tegas. 

“Ada apa? Mengapa?”, sahutku penuh dengan keheranan. 

Astaghfirullah.. suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antara kami. 

Dia mengatakan ”Kau ikut saja jangan banyak tanya!!” 

Lalu aku pun bersegera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi. 

Dua tahun pacaran, lima tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. sangat dingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak berteriak, tapi aku tak bisa. 

Suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilang perbuatan itu menunjukkan sikap ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalam kesendirianku.. 

*** 

Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tahu ada acara apa ini.. 

Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabung dengan keluarga besarnya. 

Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dalam lemari tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahir tiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat baik padaku memanggil ku untuk bersegera berkumpul diruang tengah, aku pun menuju ke ruang keluarga yang berada ditengah rumah besar itu, yang tampak seperti rumah zaman peninggalan belanda. 

Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya padanya. 

Tiba-tiba saja neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraan. 

“Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha”. Neneknya berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam. 

”Ada apa ya Nek?” sahutku dengan penuh tanya.. 

Nenek pun menjawab, “Kau telah bergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!“. 

Aku menangis.. untuk inikah aku diundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan suamiku? 

“Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu.. sebelum kau menikah dengannya. Tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur,dan akhirnya menikahlah ia dengan kau.” Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin logat orang Sabang seperti itu semua. 

Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya. 

“Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dengannya”, neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu. 

Sedangkan suamiku hanya terdiam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian itu. 

Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari ucapannya dengan mimik wajah yang sangat menantang kemudian berkata, “kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan?“ 

MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. aku ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku.. 

Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulau 
kayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini. 

“Fish, jawab!.” Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab. 

Aku langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas. 

”Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami.” 

Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku dibagi. Dan pada saat itu juga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi air mataku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka. 

Aku lalu bertanya kepada suamiku, “Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti, yah?” 

Suamiku menjawab, ”Dia Desi!” 

Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara, ”Kapan pernikahannya berlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek?.” 

Ayah mertuaku menjawab, “Pernikahannya 2 minggu lagi.” 

”Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok”, setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar. 

Tak tahan lagi.. air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringi akutnya penyakitku.. 

Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini? 

Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, “sudah tidak cantikkah aku ini?“ 

Ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis.. kepalaku sudah botak dibagian tengahnya. 

Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yang datang, ia berdiri dibelakangku. Tak kuhapus air mata ini, aku bersegera memandangnya dari cermin meja rias itu. 

Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan, “terima kasih ayah, kamu memberi sahabat kepada ku. Jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! Iya kan?.” 

Suamiku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memakai shampo. 

Dalam hatiku bertanya, “mengapa ia sangat cuek?” dan ia sudah tak memanjakanku lagi. Lalu dia berkata, “sudah malam, kita istirahat yuk!“ 

“Aku sholat isya dulu baru aku tidur”, jawabku tenang. 

Dalam sholat dan dalam tidur aku menangis. Ku hitung mundur waktu, kapan aku akan berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku. 

Aku tak tahu kalau Desi orang Sabang juga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Aku ingin suamiku kembali seperti dulu, yang sangat memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu. 

*** 

Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku. 

Di laptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah pada suamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yang sedang tidur pulas, apa salahku? sampai ia berlaku sekejam itu kepadaku. Aku 
save di mydocument yang bertitle “Aku Mencintaimu Suamiku.” 

Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar. Aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, karena mungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangat lama.. lalu suamiku yang telah siap dengan pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku. 

“Apakah kamu sudah siap?” 

Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata : 

“Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalam rumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do’a di ubun-ubunnya sebagaimana yang kamu lakukan padaku dulu. Lalu setelah itu..”, perkataanku terhenti karena tak sanggup aku meneruskan pembicaraan itu, aku ingin menagis meledak. 

Tiba-tiba suamiku menjawab “Lalu apa Bunda?” 

Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dengan mata yang berbinar-binar… 

“Bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan?”, pintaku tuk menyakini bahwa kuping ini tidak salah mendengar. 

Dia mengangguk dan berkata, ”Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?”, sambil ia mengelus wajah dan menghapus airmataku, dia agak sedikit membungkuk karena dia sangat tinggi, aku hanya sedadanya saja. 


Dia tersenyum sambil berkata, ”Kita liat saja nanti ya!”. Dia memelukku dan berkata, “bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selain mama”. 

Kemudian ia mencium keningku, aku langsung memeluknya erat dan berkata, “Ayah, apakah ini akan segera berakhir? Ayah kemana saja? Mengapa Ayah berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangen belaian kasih sayang Ayah? Aku kangen dengan manjanya Ayah? Aku kesepian Ayah? Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah! Dulu.. waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama Ayah baru bisa aku terima, jika yang dihadapanku itu adalah lelaki yang aku cari. Bukan berarti aku pernah berzina Ayah.” Aku langsung bersujud di kakinya dan muncium kaki imamku sambil berkata, ”Aku minta maaf Ayah, telah membuatmu susah”. 

Saat itu juga, diangkatnya badanku.. ia hanya menangis. 

Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali. Tiba-tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres denganku dan ia bertanya, ”bunda baik-baik saja kan?” tanyanya dengan penuh khawatir. 

Aku pun menjawab, “bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu sudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya tak bisa bicara sekarang“. Karena dia akan menikah. Aku tak mau membuat dia khawatir. Dia harus khusyu menjalani acara prosesi akad nikah tersebut. 


*** 

Setelah tiba dimasjid, ijab-qabul pun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku. 

Aku melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu, membuat hati ini cemburu, ingin berteriak mengatakan, “Ayah jangan!!”, tapi aku ingat akan kondisiku. 

Jantung ini berdebar kencang saat mendengar ijab-qabul tersebut. Begitu ijab-qabul selesai, aku menarik napas panjang. Tante Lia, tante yang baik itu, memelukku. Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini. Ya… aku kuat. 

Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding dipelaminan. Orang-orang yang hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dengan tatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahku yang selalu tersenyum, tapi dibalik itu.. hatiku menangis. 

Sampai dirumah, suamiku langsung masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencuci kakinya. Aku sangat heran dengan perilakunya. Apa iya, dia tidak suka dengan pernikahan ini? 

Sementara itu Desi disambut hangat di dalam keluarga suamiku, tak seperti aku dahulu, yang di musuhi. 

Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? Suamiku akan tidur dengan perempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tahu apa yang sedang mereka lakukan didalam sana. 

Sepertiga malam pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekati lalu kulihat. Masya Allah.. suamiku tak tidur dengan wanita itu, ia ternyata tidur disofa, aku duduk disofa itu sambil menghelus wajahnya yang lelah, tiba-tiba ia memegang tangan kiriku, tentu saja aku kaget.

“Kamu datang ke sini, aku pun tahu”, ia berkata seperti itu. Aku tersenyum dan megajaknya sholat lail. Setelah sholat lail ia berkata, “maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku. Besok kita pulang ke Jakarta, biar Desi pulang dengan mama, papa dan juga adik-adikku” 

Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ia langsung mengajakku untuk istirahat. Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lama ini tidak terjadi. Ya Allah.. apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini, karena aku telah merasakan kehadirannya saat ini. Tapi.. masih bisakah engkau ijinkan aku untuk merasakan kehangatan dari suamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini.. 

Suamiku berbisik, “Bunda kok kurus?” 

Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan. 

Aku pun berkata, “Ayah kenapa tidak tidur dengan Desi?” 

”Aku kangen sama kamu Bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. Kamu sudah sering terluka oleh sikapku yang egois.” Dengan lembut suamiku menjawab seperti itu. 

Lalu suamiku berkata, ”Bun, ayah minta maaf telah menelantarkan bunda.. Selama ayah di Sabang, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintai ayah, bunda seperti mengejar sesuatu, seperti mengejar harta ayah dan satu lagi.. ayah pernah melihat sms bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya kalau bunda gak mau berbuat “seperti itu”dan tulisan seperti itu diberi tanda kutip (“seperti itu”). Ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayah berpikir kalau bunda pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena ayah terlalu memanjakan bunda” 

Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada kepercayaan di dirinya, hanya karena omongan keluarganya yang tidak pernah melihat betapa tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini. 

Aku hanya menjawab, “Aku sudah ceritakan itu kan Yah. Aku tidak pernah berzinah dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapa aku memilih kamu? Padahal banyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah. Jika aku hanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu.“ 

Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian dikamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan suamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikap keluarganya juga. 

Karena aku tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci. 

*** 

Keesokan harinya… 

Ketika aku ingin terbangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali.. aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku. 

Aku pun dilarikan ke rumah sakit.. 

Dari kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku.. 

Aku merasakan tanganku basah.. 

Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran. 

Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan, ”Bunda, Ayah minta maaf…” 

Berkali-kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku? 

Aku berkata dengan suara yang lirih, ”Yah, bunda ingin pulang.. bunda ingin bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah..” 

“Ayah jangan berubah lagi ya! Janji ya, Yah… !!! Bunda sayang banget sama Ayah.” 

Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudah tak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku. Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang air mata. 

Sebelum mata ini tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil. 

Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku.. 

Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka.. 

Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami menikah. 

Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku. 

Untuk Ibu mertuaku : “Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah Ma.. dari dulu aku selalu berdo’a agar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau fitnah diriku didepan suamiku, apa engkau punya buktinya Ma? Mengapa engkau sangat cemburu padaku Ma? Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku. Dengan Desi kau sangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikap sebaliknya.” 


*** 


Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan istriku. 


===================================================== 

Ayah, mengapa keluargamu sangat membenciku? 

Aku dihina oleh mereka ayah. 

Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu? 

Pernah suatu ketika aku bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah.. 

Tapi ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia memanggilku dengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu ayah? 

Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah.. 

Aku diusir dari rumah sakit. 

Aku tak boleh merawat suamiku. 

Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan mertuaku. 

Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku. 

Aku sangat marah.. 

Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi dan 
ibunya.. 

Aku tak mau sakit hati lagi. 

Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku.. 

Engkau Maha Adil.. 

Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah.. 

Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku.. 

Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu.. 

Aku kuat ayah dalam kesakitan ini.. 

Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku.. 

Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah.. 

Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu. 

Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui. 

Tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku. 

Aku harus sadar diri. 

Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu. 

Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku? 

Ayah.. aku masih tak rela. 

Tapi aku harus ikhlas menerimanya. 

Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya. 

Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku. 

Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir. 

Sebelum ajal ini menjemputku. 

Ayah.. aku kangen ayah.. 

===================================================== 

Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu, Bunda.. 

Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Desi di Pulau Kayu ini. 

Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkan keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri. 

Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur. 

Bunda akan selalu hidup dihati ayah. 

Bunda.. Desi tak sepertimu, yang tidak pernah marah.. 

Desi sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutku tak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya. 

Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak perduli, hidup dalam kesendirianmu.. 

Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin ayah masih bisa tidur dengan belaian tangan Bunda yang halus. 

Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda.. 

Bunda, kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui. 

Aku menyesal telah asik dalam ke-egoanku.. 

Bunda.. maafkan aku.. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat di tidurmu yang panjang. 

Maafkan aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakan apa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka. Maafkan aku ketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja. 

Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana? 

Apakah Bunda tetap menanti ayah disana? Tetap setia dialam sana? 

Tunggulah Ayah disana Bunda.. 

Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayah di sini.. Aku mohon.. 

Ayah Sayang Bunda..